
Keterangan Gambar : Balai Guru Penggerak (BGP) Bali I Gede Slamet Atmaja, S.H. Melakukan Monitoring Pendampingan Individu Ketiga, Pengajar Praktek Yohanes Tri Utomo, S.Pd, M.Pd melakukan Pendampingan Individu Pentingnya Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional. Senin (14/08/2023).
JEMNBRANA, Pendidikan Guru Penggerak merupakan program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek RI) yang memiliki tujuan mengembangkan sistem pendidikan nasional dengan merdeka belajar. Dalam Pendampingan Individu 3 ini seorang Calon Guru Penggerak (CGP) diharapkan mampu menerapkan pembelajaran sosial emosional. Salah satu tahapan Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) adalah pendampingan individu. Pendampingan individu adalah proses coaching dan mentoring Pengajar Praktik kepada Calon Guru Penggerak. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan pengalaman pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan guru sebagai bagian dari Kebijakan Merdeka Belajar. (14/08/2023)
Balai Guru Penggerak (PGP) Provinsi Bali Bapak I Gede Slamet Atmaja, S.H. melakukan monitoring pendampingan individu ketiga Calon Guru Penggerak di SLB Negeri 1 Jembrana, menerangkankan bahwa “Dengan mengintegrasikan Pembelajaran Sosial dan Emosional di kelas, tidak hanya akan berpotensi menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik, namun juga memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal”. ungkapnya.
Pengajar Praktik Yohanes Tri Utomo, S.Pd, M.Pd menerangkan “Pembelajaran Sosial dan Emosional. Agar dapat memahami dan meresapi PSE secara mendalam, syarat utama adalah harus damai dengan dirinya sendiri. Selama belum berhasil menata emosi dalam diri sendiri, penerapan pembelajaran dengan pendekatan apapun kemungkina berhasilnya relatif kecil”. ungkapnya.
Seperti diketahui bahwa kesadaran ini berawal dari teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman, dikembangkanlah CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) pada tahun 1995 (www.casel.org) sebagai konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Konsep PSE berdasarkan berdasarkan kerangka CASEL tersebut dikembangkan Daniel Goleman bersama sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak. Pembelajaran social emosional berbasis penelitian ini, bertujuan untuk mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah.
Dengan mengintegrasikan Pembelajaran Sosial dan Emosional di kelas, tidak hanya akan berpotensi menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik, namun juga memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
Dalam kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. Noble and McGrath (2016) menyebutkan bahwa well-being murid yang optimal adalah keadaan emosional yang berkelanjutan (relatif stabil) yang ditandai dengan: sikap dan suasana hati yang secara umum positif, relasi yang positif dengan sesama murid dan guru, resiliensi, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan diri yang tinggi berkaitan dengan pengalaman belajar mereka di sekolah.
Kompetensi sosial emosional terdiri dari :
- Kesadaran Diri, yaitu kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.
- Manajemen Diri, yakni kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi.
- Kesadaran Sosial, yakni kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda.
- Keterampilan Berelasi, yaitu kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan hubungan yang sehat dan suportif.
- Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab, yakni kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok.
Apabila dicermati lebih dalam kelima Kompetensi Sosial dan Emosional yang telah dibahas berhubungan erat dengan 6 (enam) dimensi Profil Pelajar Pancasila. Kelima kompetensi akan mudah dicapai, apabila setiap individu sudah berdamai dengan dirinya sendiri. (suya.red)
DOKUMENTASI KEGIATAN